Dalam upaya pencarian akan Tuhan ini, Cruz melewati sejumlah tahapan
berliku sebelum mengenal Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sayang, ia tidak
menemukan kebenaran (Allah Subhanahu Wa Ta’ala) pada awalnya.
Sebaliknya, ia mencoba mempelajari Hinduisme karena dianggap dapat
mengakhiri penderitaan yang ia alami. Cruz begitu serius mendalami
ajaran Hindu. Ia bahkan mengubah namanya dengan nama Hindu.
“Saat itu aku merasa terbebas dari kecanduan obat-obatan. Hidupku lebih
positif. Tapi itu tidak bertahan lama, Allah Subhanahu Wa Ta’ala
menunjukan padaku bahwa Hindu bukanlah jalan menuju kebenaran hakiki,”
kenang dia.
Meninggalkan ajaran Hindu, Cruz kembali pada agama
Katolik Roma. Oleh gereja, ia ditawarkan untuk menjadi menetap di sebuah
gereja di New Mexico. Bertepatan dengan tawaran itu, keluarganya—Ibu,
kakak dan adiknya—memutuskan untuk pindah ke Arizona. Saat itu, ia mulai
memiliki hubungan dekat dengan orang banyak.
Cruz pun mulai
menjalani program seminari. Bertahun-tahun ia ikuti pogram tersebut
sehingga akhirnya berhasil menjadi pastor. Ia ditugaskan gereja untuk
mempelajari tradisi agama lain di daerah Metro Phoenix. “Peran baru saya
adalah menjalin hubungan antaragama,” kata dia.
Sembari
menjalankan tugasnya itu, Cruz juga menyambi sebagai pekerja di Biro
Kesehatan Perilaku. Ia kunjungi sejumlah tempat ibadah agama lain,
termasuk masjid. Dalam kunjungannya ke masjid, Cruz merasa ada
kesempatan emas untuk belajar tentang Islam. Oleh seorang Muslim, ia
diminta untuk mendatangi Masjid di Tempe, Arizona.
Sesampainya
di masjid itu, Cruz segera membaca buku-buku tentang Islam. Setelah
membaca, ia begitu terkejut. “Saya belum tahu, kalau rasa terkejutku itu
merupakan bentuk hidayah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Saya pun
kembali mengunjungi masjid itu dan banyak berdialog dengan Imam Ahmad
Al-Akoum,” tuturnya.
Al-Akoum, adalah Direktur Regional
Masyarakat Muslim Amerika. Ia seorang yang begitu terbuka bagi penganut
agama lain untuk berdiskusi tentang Islam. Banyak warga AS yang mencari
informasi tentang Islam dari Al-Akoum. “Mengikuti kelas bimbingan Akoum,
saya melihat Islam adalah kebenaran hakiki. Beberapa waktu kemudian,
saya mengucapkan dua kalimat syahadat di masjid yang sering saya
kunjungi, Alhamdulillah,” kata dia.
Menjadi Muslim, Cruz banyak
mengalami perubahan. Keluarganya sedih, sebab Cruz memeluk agama yang
ditakuti anak-anaknya. Ia pun berusaha memberikan pemahaman yang baik
tentang Islam kepada mereka.
Tidak mudah memang bagi Cruz untuk
menjalani identitas barunya sebagai Muslim. Ia sempat mengalami stres,
lalu memutuskan untuk kembali berdiskusi dengan Al-Akoum tentang masalah
yang dialaminya. “Al-Akoum mengatakan padaku bahwa tahun pertama
sebagai Muslim tentu merupakan masa yang paling sulit. Ia lalu
menyarankan untuk banyak berkomunikasi dengan Muslim lainnya,” kata dia.
Benar saja, saran Al-Akoum itu membuat iman Cruz semakin
mantap. Ia mulai mendapatkan pekerjaan, yakni sebagai manajer pada
sebuah program pencegahan penyalahgunaan alkohol dan narkoba, serta HIV
dan hepatitis untuk populasi berisiko.
Selama itu pula, Cruz
mulai menikmati identitasnya sebagai Muslim. Ia sangat aktif menjadi
sukarelawan. Bahkan, ia dinominasikan menjadi kepala Dewan Masjid Tempe.
“Insya Allah, jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengizinkan, saya ingin
mendalami ilmu fikih guna memajukan kepentingan Islam dan umat yang saya
cintai. Semua ini adalah karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala,”
pungkasnya.
Sumber http://mualaf.com/
- Back to Home »
- Clipping »
- Jason Cruz, Mantan Pastor: Saya Beruntung Memeluk Islam (2-Habis)
Posted by : omalie
Rabu, 10 Juli 2013
“Yang dapat saya katakan adalah walau bagaimana pun
buruknya kondisi yang anda alami, Allah Subhanahu Wa Ta’ala pasti akan
membalikkan keadaan anda, insya Allah,” kata dia. Saya segera berubah
setelah benar-benar bersih dari narkoba. Salah satu bagian proses
menjauhkan diri dari narkoba adalah dengan menjalin hubungan dengan yang
Mahakuasa.”